Mocopat Sebagai Gambaran Memaknai Fase Kehidupan Manusia



Dalam kesusastraan Jawa, budaya Jawa atau entah apa namanya, istilah mocopat sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa maupun penikmat budaya Jawa. Mocopat sendiri adalah sejenis puisi “khusus” yang terdiri Mijil, Maskumambang, Kinanti, Sinom, Dhandhanggulo, Asmaradana, Gambuh, Durma, Pangkur, Megatruh, Pocung. Melambangkan fase kehidupan manusia sejak lahir (digambarkan dengan “mijil”)sampai meninggal dunia.


Pada setiap masing-masing nama mocopat mempunyai aturan susunan berbeda-beda. Aturan-aturan itu antara lain:

  •  jumlah suku kata
  •  jumlah bait
  •  bunyi vokal terakhir setiap baris


Sebagai contoh misalnya pada mocopat Pangkur susunannya adalah sebagai berikut: 

  • baris pertama : 8 a, artinya terdiri dari 8 (delapan) suku kata dan vokal terakhir berbunyi “a”
  • baris kedua    : 11 i, artinya terdiri dari 11 (sebelas) suku kata dan vokal terakhir berbunyi “i”
  • baris ketiga    : 8 u, , artinya terdiri dari 8 (delapan) suku kata dan vokal terakhir berbunyi “u”
  • baris keempat: 7 a, artinya terdiri dari 7 (tujuh) suku kata dan vokal terakhir berbunyi “a”
  • baris kelima   : 12 u, artinya terdiri dari 11 (sebelas) suku kata dan vokal terakhir bunyi  “u”
  • baris keenam : 8 a, artinya terdiri dari 8 (delapan) suku kata dan vokal terakhir berbunyi “a”
  • baris ketujuh  : 8 i, artinya terdiri dari 8 (delapan) suku kata dan vokal terakhir berbunyi “i”
*)Berarti pula bahwa mocopat Pangkur memiliki 7 (tujuh) baris dalam setiap baitnya.

Berikut ini salah satu mocopat Pangkur:

Pangkur

Si pengung nora nglegewa,
Sangsayarda denira cacariwis,
Ngandhar - andhar angendukur,
Kandhane nora kaprah,
Saya elok alangka longkanganipun,
Si wasis waskitha ngalah,
Ngalingi marang sipingging.


Mangkono ilmu kang nyata,
Sanyatane mung we reseping ati,
Bungah ingaraning cubluk,
Sukeng tyas yen den ina,
Nora kaya si punggung anggung gumunggung,

persilangan hobi

Ugungan sadina dina,
Aja mangkono wong urip.


Uripe sapisan rusak,
Nora mulur nalare ting saluwir,
Kadi ta guwa kang sirung,
Sinerang ing maruta,
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
Pindha padhane si mudha,
Prandene paksa kumaki.



Mocopat sebagai tembang yang juga menggambarkan tahapan fase kehidupan manusia, berisi cerita, gambaran situasi, rasa dan nasihat yang kesemuanya saya asumsikan sebagai pengingat dan nasihat agar dapat memaknai hidup, tujuan hidup, baik ketika masih hidup di dunia maupun kehidupan setelah kematian.

Berikut cuplikan bait Pangkur yang sarat nasihat:

Nggugu karsane priyangga,
Nora nganggo peparah lamun angling,
Lumuh ingaran balilu
Uger guru aleman,
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu,
Sinamun samudana,
Sesadoning adu manis.





Yang artinya kira-kira adalah:
 Menuruti kemauan diri sendiri
Tanpa tujuan pasti ketika berbicara
Tidak mau dikatakan bodoh
Seolah pandai supaya dipuji
Namun orang yang telah memahami gelagatnya
Justru merendahkandiri
Menanggapi dengan cara baik
 
Mocopat juga biasa dilantunkan dengan diiringi suara musik gamelan Jawa atau disebut "gendhing".


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Agar Hubungan Awet dan Mesra

Panduan Penyusunan Kalender Musim Dalam Rangka Penyusunan RPJMDes

Kesiapan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes)