Peningkatan Mutu Dunia Pendidikan di Indonesia

Ngobrol di warung kopi bisa jadi mengasyikkan. Membahas, membicarakan, ngerumpi tentang dunia pendidikan selalu menarik, karena semua orang terlibat atau pernah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik aktif maupun pasif. Apabila ada pertanyaan “Mengapa pendidikan di Indonesia termasuk tertinggal?”
“Apakah betul kwalitas pendidikannya rendah?”
Saya lebih suka menjawab dengan jawaban yang sama untuk kedua pertanyaan itu, "Saya kurang paham". Hebat bukan? Bukan tanpa alasan, karena saya sendiri belum tahu persis permasalahannya. Entah itu sistem, birokrasinya, orientasi para pengajarnya maupun faktor-faktor lain yang berhubungan dengan dunia pendidikan, khususnya sekolah.

Sekolah Dasar, awal materi belajar membaca.
Yang saya pahami bahwa ibarat petani, pendidikan di Indonesia adalah petani mahir yang tidak panen. Penggunaan kata "petani" di tulisan ini sama sekali tidak berhubungan dengan keributan harga gabah, ataupun harga pupuk, apalagi harga jerami. Akan tetapi karena faktor iseng semata...Hebat bukan?

Saya termasuk yang berpendapat bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia hendaklah secara menyeluruh. Tidak hanya perubahan kurikulum sebulan sekali (lebay), percepatan materi sehingga lulusan SLTP setara S2, sertifikasi bagi murid Sekolah Dasar apabila dapat menyelesaikan lebih banyak materi dalam waktu lima hari kerja maka layak digaji 4 bulan sekali, yang hasilnya mungkin baik, mungkin sangat baik. Hebat bukan?

Ibarat petani, semua upaya ilmu tanam, budidaya, pemeliharaan, neptu dino pasaran mulai tanam dan lain-lain dilakukan dan membuahkan hasil yang bagus...sangat bagus. Hebat bukan?

Tetapi...
Ternyata penanganan pasca panen hanya ala kadarnya, kalau tidak dikatakan buruk. Hasil panen tidak diolah secara layak, atau bahkan tidak dipanen...muspro (sia-sia). Tidak hebat bukan?

Seperti itulah mungkin "lukisan" pendidikan di Indonesia. Kita mempunyai guru dan dosen yang bagus dan mumpuni, murid-murid cerdas, bagus dalam prestasi dan akademis, tetapi pengolahan pasca 'panen' buruk. Sehingga tidak (betul-betul) heran jika cukup banyak anak bangsa yang hyper-prestasi memilih berkarya di luar negeri...Hebat bukan?
Sekian, bila ada yang kurang atau tidak pas mohon untuk di pas-kan.
Seduh kopi sambil melantunkan tembang mocopat.

Beranda 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Agar Hubungan Awet dan Mesra

Panduan Penyusunan Kalender Musim Dalam Rangka Penyusunan RPJMDes

Kesiapan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes)